Memulai Kembali



Seperti anak bayi yang sedang mulai belajar tetang pernak pernik hidup. Pertama kali melihat dunia yang sangat luas degan semua hiruk pikuk aktivitas dan segala propertinya. Mulai belajar semua hal baru yang artinya pun dia sedang memuai kahidupan baru. Mulai belajar berbicara, merangkak, berjalan, mengenal lingkungan, mengenal teman, mengenal bermain dan semua hal yang mau tidak mau dia akan belajar dengan sendirinya. Akhirnya sekarang bisa menjadi seseorang yang ahli dalam hal tersebut. 

Meskipun pada akhirnya takdir juga ikut andil. Seperti bayi yang terlahir dengan kondisi kurang sempurna, bisu misalnya. Ia tak bisa belajar berbicara seperti anak pada umumnya. Pada awalnya pasti orang terdekatnya dan dia sendiri sudah amencoba dan mengupayakan banyak hal. Usaha pasti telah diakukan secara maskimal sebelum pada akhirnya dia harus mengalah pada takdir. Suka tidak suka hidup harus terus berjalan. Maka sebagai penggantinya ia akan belajar dengana cara lain agar dapat tetap berkomunkasi dengan oranga lain. Dengan kekuranagan tersebut bukan berarti ia kalah ataupun lemah. Takdir sudah ditetpkan, namun pilihan hidup kita yang menentukan.

Begitulah gambaran kahidupanku saat ini. Perjalan hidup telah membawaku sampai dititik dimana semua harus dimulai dari awal kembali. Aku telah lulus melewati masa SD, SMP, SMA dan kuliah, meskipun entah dengan poin berapa. Pada saat SD, SMP, SMA gambaran hidup masih hanya tentang barmain dan balajar. Terkadang mulai ambisius namun kembali goyah setelah bermain atau entah apapun yang menganggu fokus. Pada masa itu masih sangat labil dan naif. Mulai memasuki masa perkuliahan mulai sedikit berbeda. Tanggung jawab hidup mulai dibebankan. Tentang cita-cita mulai dihidupkan. Bermimpi masih sangat bebas. Satu hal yang tidak berubah, masih tetap naif. Terlalu naif.

Setelah semua itu terlewat, kini aku memasuki masa postschool. Masa dimana belajar sudah tidak dibimbing secara resmi. Perjalan hidup mulai ditentukan sendiri. Bayang bayang masa depan yang dulu sangat menyenangkan, kini berubah menakutkan. 

Mimpi yang dulu dengan mudah diucapkan, kini mulai menemui krikil-krikil yang menghambat, membuatku hampir mundur beralih ke jalan baru. 

Disinilah aku kembali menjadi bayi. Mulai belajar kembali banyak hal baru yang ternyata sangat jauh berbeda dengan bayanganku. 

Aku harus mulai belajar berjalan diatas krikil krikil tersebut, aku harus mulai belajar berkomunikasi dengan benar, aku harus mulai belajar mengenal linkungan baru di dunia luar, aku harus mulai belajar bermain melenturkan pikiran ketika terus dihantan dengan relaita yang menakutkan.

Semoga satu langkah awal ini menjadi pembuka jalan untuk ribuan langkah berikutnya. Entah krikil, batu, maupun lumpur, yang menjadi medanya, semoga tetap istikomah. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemarin

Aku