Kemarin

Sepertinya baru kemarin aku masih mendengar dan melihatmu
Sepertinya baru kemarin aku masih marasakan hangatnya sikapmu
Sepertinya baru kemarin aku masih melihatmu berlalu lalang di depanku, dengan segala aktifitasmu

Sejujurnya saat ini aku juga masih mendengar dan melihatmu dalam imajinasiku
Aku masih merasakan hangatnya sikapmu dalam hatiku
Aku masih melihatmu berlalu lalang di dalam kepalaku

Baru saja kemarin aku memiliki seorang malaikat yang mampu menjadi tempatku bergantung. Baru saja kemarin aku bisa percaya dan merasakan tulusnya cinta dari orang lain. Baru saja aku berhasil meletakkan hatiku pada manusia lain.

Sejauh ini aku menanggug semua lelahku sendiri, aku takut meluapan semunya kepada orang lain. Aku takut membebani orang lain. Aku takut mereka mengambil remeh atas apa yang menjadi masalahku. Aku merasa sia sia dan tidak ada gunanya menceritakan luka dan lelahku kepada orang lain.

Namun, tidak denganmu. Kamu menerimaku dengan tangan terbuka. Sikapmu tulus dan penih cinta. Kamu berhasil mengambil hatiku hingga aku bersedia dan mempercayakan semua lukaku padamu. 

Aku menjadi saksi atas kebaikan dan ketulusan hatimu
Aku menajadi saksi atas lembut dan kuatnya seorang wanita sepertimu
Aku menjadi saksi atas rasa sabarmu yang yang tak pernah habis

Kau berhasil menghidupkan hutan yang gersang menjadi taman yang sungguh indah. Kau tanamkan benih benih cinta didalamnya. Kau pupuk tanaman yang hampir mati dengan rasa sabar.

Kemarin aku datang, melihatmu marawat dua malaiat kecil dan sorang wanita renta yang senantiasa berbahagia karena mendapatkan malaikat sepertimu. Kau layani mereka dengan penuh suka cita. Aku melihat ketulusan itu.

Kemarin aku datang, melihatmu memasak sayuran cinta dan lauk kasih sayang untuk keluarga kecilmu. Ditengah kesibukan itu kau suguhkan aku secangkir kopi kepercayaan dan sepiring gorengan penuh kehangatan. Kuteguk kopi itu, meskipun pahit namun nikmat karena diseduh olehmu. Kuhabiskan gorengan hangatmu, hingga saat ini kehangatannya masih bersarang dihatiku.

Kemarin aku datang, melihatmu bercengkerama bahagia dengan saudara bukan sedarahmu yang kau jadikan mereka bagian dari dirimu. Melihatmu tertawa lepas dengan celotehan sederhana. Kau memanggilku, menarikku ke dalam pusaran kebahagiaan itu. Aku larut di dalamnya bersamamu dan mereka.

Kemarin aku datang, melihatmu berjemur di depan rumah bersama tetangga sebelah yang juga kau tawarkan bibit kenyamanan. Mereka tanam bibit tersebut di dalam hati. Kini bibit tersebut telah tumbuh dan berbuah dengan lebat.

Kemarin aku melihatmu.
Kemarin aku masih melihatmu.
Namun, kemarin aku hanya melihatmu, tanpa menyapamu.

Hari ini aku datang 
Kubawakan engkau sepiring kerinduan
Aku datang dengan kegembiraan
Sudah kubayangkan
Engkau menungguku di depan pintu
Sudah kubayangkan 
Kopi kehangatan yang diseduh olehmu
Sudah kubayangkan 
Stok keluh kesah yang akan kuluapkan kepadamu
Sudah kubayangkan
Stok kebahagiaan yang akan kubagikn kepadamu

Namun, hari ini aku datang
Aku tidak melihatmu di depan pintu
Kubuat kopiku sendiri
Aku menunggumu untuk menikmati sepiring rindu yang kubawa
Aku menunggumu bersama dua malaikat kecilmu
Aku menunggumu 
Aku masih menunggumu












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku