Bolehkah aku menyukaimu?
"Bolehkah aku menyukaimu?"
Salah satu percakapan dalam drama korea yang sedang aku tonton musim ini. Kalimat sederhana, yang kalau kulogikan seharusnya sangat mudah untuk diucapkan. Menyukai seseorang adalah perkara yang tidak bisa ditawar, selama tidak menganggu kenyamanan orang tersebut.
Sebagai perempuan, aku sendiri sejujurnya tipe yang tidak berani untuk berterus terang. Kerap kali memendam dan hanya memperhatikan dalam diam. Mendekatpun menjadi enggan, karena acap kali mulut menjadi gagap, detak jantung menjadi tak karuan, keringat dingin bercucuran. Persis seperti saat menghadapi dosen sidang kelulusan. Takut menunjukkan diri didepannya, bahkan hanya untuk sekedar berbincang santai. Mungkin sebenarnya lebih ke arah takut tertangkap basah jika sedang menyukainya.
Tapi mau sampai kapan memendam? Masalahnya memendamku seraya menunggu jawaban. Yang bahkan sebenarnya pertanyaannya saja tidak pernah aku lontarkan kepadanya. Bodohnya aku.
Saat aku melihat drama korea tersebut, aku seperti mendapatkan jawaban. Dia sepertinya tokoh yang mengamalkan ilmu stoik dengan sangat baik di dalam hidupnya. Orang yang sangat santai dan selalu berfokus dengan apa yang bisa dikendalikan olehnya. Hal yang bisa dia kendalikan adalah perasaannya. Dia bertanggungjawab penuh akan perasaannya sendiri. Agar perasaanya tidak terombang ambing maka dia mengendalikan perasaanya dengan bertanya secara langsung "Bolehkah aku menyukaimu?" kepada orang yang disukainya. Dengan begitu dia tidak harus over thingking dan ribut dengan perasaannya sendiri. Setidaknya setengah dari permasalahnnya sudah terselesaikan, dan dia tahu kemana dia harus melangkah setelahnya.
Segala jawaban dari sang pria berada diluar kendalinya, dan dia tidak harus meresahkan hal tersebut. Ingat, dia hanya harus berfokus pada apa yang bisa dia kendalikan. Jadi seharusnya tidak masalah apapun jawaban dari sang pria. Toh dia baru meminta ijin untuk menyukai pria tersebut. Kalau tidak boleh, yasudah.
Pertanyaan Bolehkah aku menyukaimu? juga sebagai bentuk rasa hormat kepada orang yang disukainya. Apakah sang empunya merasa risih dan tidak nyaman jika sang wanita berusaha membangun hubungan dengannya. Daripada terlanjur mendekati, sang pria merasa risih lalu sang pria menjauh perlahan hingga akhirnya merusak pertemanan. Hal tersebut malah menyebabkan ketidaknyaman.
Umpamakan saja seperti sedang bertamu. Kita mengetuk pintu, apabila dibukakan pintu maka masuk dan duduklah. Seandainya dipersilakan duduk kemudian diberikan jamuan maka dimikmati saja.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih sudah mampir di blog saya, semoga bermanfaat